Saya
berada dibawah salah satu manajemen perusahaan penambangan Pasir Besi,
di daerah Ciandum, Cipatujah, Sindang Kerta, Sindang Jaya – kab.
Tasikmalaya dan beberapa titik disepanjang Pantai Selatan.
Pada 6 Februari 2012, Pemerintah menandatangani kebijakan tentang
mineral tambang. Kebijakan tersebut membuat seluruh penambang mengambil
langkah-langkah strategis yang sekiranya dapat menjawab tantangan
Pemerintah yaitu untuk membuat “Pabrik Bahan Baku” dari bahan mentah
hasil tambang tersebut, apapun hasil tambang itu.Saat “Permen” tersebut
ditandatangani ESDM, saya ditugaskan untuk mencari Teknologi untuk
membuat ‘Pabrik Bahan Baku’ yang khususnya dari Pasir Besi.
Perjalanan yang sungguh sangat melelahkan saat pencarian dilakukan
pada sedikitnya 8 perusahaan yang menawarkan bantuan teknologi yang saya
cari. Selama 1 bulan saya mengejar setiap perusahaan tersebut dimanapun
mereka berdomisili dan termasuk membuat percobaan-percobaan dengan
Pasir Besi Sample serta sejumlah dana tentunya.
Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk menyetujui teori dan teknologi
dari perusahaan ke-9, tentunya dengan bukti-bukti fisik serta
laboratorium yang dapat dipertanggungjawabkan.
Inilah beberapa hasilnya :
Setelah sukses dalam ‘sample’ yang pertama, saya meminta agar dibuatkan Sponge Irone
dari pasir besi yang berbeda, kadar Fe Pasir Besi tersebut adalah
52-53%. Dikerjakan pada Mei 2012, dan hasilnya seperti dibawah ini :
Hari itu, saya mencoba menjual hasil Sponge Iron tersebut ke
pengrajin besi di jl. Bogor – Bandung dan pemulung/tukang loak besi
keliling yang kebetulan ada disana, waktu itu saya cuma membawa 5 kg.
Nah, terkejutnya saya ketika mereka meminta dalam jumlah
sebesar-besarnya yang saya bisa dengan harga Rp. 3.500,00/kg dan terus
naik sampai Rp. 4.500,00/kg walaupun hanya membayar Rp. 20.000,00 untuk 5
kg dengan alasan banyak “tahi” besinya.— itulah test market ke-1 yang saya lakukan—
Batur, Ceper – Klaten, dekat Yogyakarta. Saya memutuskan untuk mencoba menawarkan se-potong kecil Sponge Iron
tersebut kepada seorang kenalan bapak saya. Rupanya Beliau memproduksi
pompa, pipa-pipa besi, baut besar dll dengan menggunakan bahan baku besi
rata-rata 15 ton per bulan. Setelah saya konsultasikan produk Sponge Iron
yang saya bawa, beliau membuat daftar yang berisi 14 -15 pengrajin di
groupnya dengan total kebutuhan 210 ton per hari, dan beliau siap
menjadi agen / pengepul disana. Hal yang sama pun dinyatakan oleh
Direktur 1 Koperasi Pengrajin Besi Ceper.— itulah test market ke-2 yang saya lakukan—
Meskipun saya cukup puas dan yakin, tadi malam (15 Juni 2012) kami mencoba potongan Sponge Iron tersebut di cairkan / dilebur menggunakan Las Argon lalu membiarkannya mengering. Saya merekamnya, hasilnya seperti ini :
Secara ilmiah saya menghitung berapa kebutuhan bahan bakunya, berapa energy yang dibutuhkan untuk memproduksi Sponge iron, berapa tenaga kerjanya, sewa gedung pabriknya, penyusutan dan hal lain yang saya pikir perlu. Saya pun sudah melihat siapa buyer-buyer domestik dan dengan standar harga berapa.
Ini membuka wawasan saya bahwa menjual dalam bentuk Sponge Iron
keuntungannya jauhhh lebih besar. Menjual Pasir Besi konsentrat ekspor
ke china menyisihkan $ 10 sampai $ 12/tonnya, tapi kalau menjual Sponge
Iron menyisihkan $ 150/ton. Detail analisanya download disini.
Setahu sy, di Indonesia belum ada Pabrik yang memproduksi Sponge Iron dari Pasir Besi (Mohon koreksi sy kalau keliru). Bapak MS Hidayat – Menteri Perindustrian, mengatakan di Koran Kompas bahwa Indonesia masih Impor bahan baku besi tersebut (Sponge Iron, Pig Iron bahkan scrab ber-limbah B3) sebanyak 4 juta ton per tahun.
Sumber: http://1stanonymous.wordpress.com/2012/06/17/membuat-sponge-iron-dari-pasir-besi/
1 komentar:
Email kan ke saya kebetulan sy punya oinvestor yg tertarik dgn proses ini, dgn. Catatan dikerjakan anak bangsa sendiri . tdibrata@yahoo.co.id
Posting Komentar