ilustrasi |
Pasalnya, lokasi tersebut dinilai paling strategis. Selain wilayah Kabupaten Tasikmalaya, tiga daerah lainnya yang masuk dalam perencanaan di antaranya Kabupaten Garut, Cianjur,dan Sukabumi. Ketiganya juga dinilai memiliki lahan yang memadai untuk dijadikan pelabuhan regional tersebut. Namun, dari keempat wilayah itu Kabupaten Tasikmalaya memiliki keunggulan lebih terkait posisinya yang berada di tengah-tengah serta potensi lain yang mendukungnya.
”Dalam
diskusi yang dilaksanakan bersama Kementerian Perhubungan Laut di Dinas
Perhubungan Jawa Barat saya sampaikan berbagai pertimbangan termasuk
posisi Tasikmalaya yang berada di tengah, kemudian mengingat Sukabumi
yang telah memiliki pelabuhan besar dan berdekatan dengan Cianjur.
Sementara Garut,Ciamis,dan Tasikmalaya belum memilikinya, sedangkan ke
arah Cilacap jaraknya cukup jauh.
Mudah-mudahan saja disetujui
untuk lokasinya di Tasikmalaya,” ungkap Kepala Badan Perencanaan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Tasikmalaya Iwan Saputra. Iwan mengakui, ada
persoalan jika Tasikmalaya ditetapkan sebagai pelabuhan mengingat
rencana tata ruang wilayah (RTRW) belum memuat struktur ruang untuk
pelabuhan regional tersebut.
”Namun, Pemkab Tasikmalaya siap
memasukannya dalam RTRW tersebut setelah ditetapkan dahulu di RTRW Jabar
baru kemudian disusun semua kelengkapan dokumennya. RTRW sekarang baru
memuat pangkalan pendaratan ikan (PPI) berupa terminal khusus saja yang
sifatnya komoditas tertentu, saya rasa master plan Jabar bisa membuat
maju pesisir selatan yang selama ini terbengkalai,”jelasnya. Iwan
berkeyakinan, investasi bersifat basis industri pasti akan dilirik
karena biaya transportasi bisa ditekan.
Terlebih potensi mulai
dari wisata, tambang, perikanan, agroindustri, akan menjadi modal untuk
mendorong investor, dengan demikian kepentingan ekonomi masyarakat akan
terbangun. ”Jabar Selatan terbengkalai itu karena wilayahnya yang berupa
patahan dan rawan bencana, namun jika hanya beralibi rawan bencana,
sampai kapan pun Jabar Selatan tidak akan maju karena ada teknologi yang
sebenarnya bisa menyesuaikan terhadap konstruksi,”ujar Iwan.
Sementara
itu,Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Dedi Mulyadi
menyebutkan, jika berdiri pelabuhan regional seperti itu maka potensi
ikan tangkap diyakininya akan semakin tergali maksimal.Sebab,kapalkapal
besar berkekuatan 10 GT hingga 15 GT bisa berlabuh dan melaut hingga ke
batas kawasan zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang selama ini belum
tersentuh nelayan setempat.
”Kalau pelabuhan niaga sekelas
regional seperti itu saya yakin semua pihak akan mendukung, termasuk
kami nelayan setempat. Karena yang kami tentang itu selama ini adalah
jika hendak didirikan pelabuhan khusus untuk mengangkut hasil tambang
pasir besi, jika untuk kepentingan masyarakat, kami pasti akan paling
depan memberikan dukungan,”pungkas Dedi.
Selain Desa Ciheras,
lahan di Desa Ciandum,Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya dinilai
ideal untuk lokasi pembangunan pelabuhan laut pertambangan pasir besi.
Selain kontur geografis yang memadai, wilayah itu pun memiliki lebih
dari 100 hektare lahan kosong sebagai syarat lokasi berdirinya pelabuhan
dengan kedalaman laut yang mencapai 25–50 meter untuk berlabuhnya
kapal-kapal besar.
Menurut Ketua Komisi 3 DPRD Kabupaten
Tasikmalaya Erry Purwanto, berdasarkan analisis kelautan terkait
pembangunan pelabuhan di wilayah pantai selatan Tasikmalaya, kawasan
Desa Ciandum dinilai sangat ideal.Kedalaman laut sangat diprioritaskan
terutama guna keamanan berlabuhnya kapal-kapal berukuran besar.
”Pembangunan pelabuhan yang paling ideal yakni di perairan Desa
Ciandum.Hal itu merupakan hasil analisis kelautan,” jelas Erry
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/534641/
0 komentar:
Posting Komentar